Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi prioritas yang menerima program restorasi gambut dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Salah satu implementasinya adalah pembuatan sekat kanal sebagai infrastruktur pembasahan gambut, dan telah dimulai sejak tahun 2017.
Dalam rangka mempelajari dampak restorasi gambut yang telah dilakukan di Kabupaten Kubu Raya, dilakukan penelitian Riset Mandiri Keilmuan yang diketuai oleh Dr. Evi Gusmayanti dengan dana yang bersumber dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Penelitian dilaksanakan di Desa Madusari dan Desa Teluk Empening. Desa Madusari merupakan salah satu desa Peduli Gambut yang menerima program restorasi gambut dari BRGM, sedangkan Desa Teluk Empening merupakan desa pembanding yang tidak menerima program dari BRGM.
Penelitian ini sekaligus merupakan ajang pembelajaran di luar kelas bagi mahasiswa yang memiliki minat lebih terhadap penelitian dan restorasi lahan gambut melalui skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Terdapat enam mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura yang terlibat dalam kegiatan MBKM yang dimulai sejak bulan Februari 2022 sampai September 2022. Kegiatan pembelajaran meliputi survei, pengukuran beberapa sifat gambut, pemantauan muka air tanah serta wawancara terhadap petani tentang dampak pembuatan sekat kanal terhadap usaha taninya.
Salah satu informasi penting yang diperoleh mahasiswa dalam kegiatan MBKM ini adalah implementasi restorasi gambut melalui pembuatan sekat kanal. Ada beberapa jenis sekat kanal yang dijumpai di tingkat masyarakat, yang secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu sekat kanal permanen dan sekat kanal semi/non permanen. Sekat kanal permanen terbuat dari beton dan biasanya merupakan proyek pemerintah.
Selain sekat kanal permanen yang dibangun pemerintah, terdapat sekat kanal yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat di sekitar lahan gambut yang mereka kelola. Sekat ini dibuat pada saluran atau parit yang berada di sekitar lahan pertanian dan umumnya berukuran kecil serta menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh. Misalnya ada sekat yang terbuat dari balok-balok kayu yang disusun dan diisi tanah, dan pula sekat yang hanya berupa kepingan plastik yang disusun untuk menghambat aliran air. Beberapa sekat memiliki pengatur limpasan air sederhana berupa pipa PVC yang dapat dibuka atau ditutup.
Meskipun memiliki konstruksi sederhana dan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar lahan, penyekatan saluran air di lahan gambut secara swadaya oleh petani menunjukkan bahwa petani memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang pembasahan gambut. Dengan alasan utama untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan air tanaman di lahan pertaniannya, sebenarnya petani telah menerapkan aturan untuk menjaga muka air tanah gambut agar berada pada kisaran yang dianjurkan oleh peraturan pemerintah, yaitu maksimal 40 cm dari permukaan tanah (PP No 57 tahun 2016). Kondisi ini menjadi peluang untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para petani dalam berkontribusi untuk memulihkan ekosistem gambut.
Model pembelajaran yang dilaksanakan dalam program MBKM Riset Mandiri Keilmuan merupakan inovasi pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar meneliti kepada mahasiswa peserta MBKM. Suasana penelitian yang dirasakan mahasiswa selama kegiatan ini diharapkan sebagai bekal dan inspirasi untuk menjadi peneliti gambut di masa depan.
Tim Penulis:
Evi Gusmayanti, Rossie Wiedya Nusantara dan Jajat Sudraja