Pontianak, (Thetanjungpuratimes.com) – Equator Monument atau Tugu Khatulistiwa Pontianak, yang berdiri sekitar lima kilometer sebelah utara dari pusat Kota Pontianak, Kalimantan Barat, hingga saat ini masih berdiri dengan megah.
Tugu Khatulistiwa Pontianak yang merupakan simbol titik nol derajat di dunia ini menjadi salahsatu objek wisata di Kalbar. Dalam catatan sejarahnya, titik nol derajat ini ditemukan pada tahun 1928 oleh sebuah Ekspedisi Astronomi Belanda, sebagai simbol titik nol derajat, maka didirikanlah Tugu Khatulistiwa ini.
Pada tahun 1938 atau sepuluh tahun kemudian, Tugu Khatulistiwa ini direnovasi dan dikembangkan kembali oleh seorang Arsitek Indonesia bernama Sylaban, sehingga menjadi seperti ini, dengan tidak mengubah Tugu Khatulistiwa asli yang berada di dalamnya.
Kejadian alam yang unik di lokasi Tugu Khatulistiwa ini dapat disaksikan dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 hingga 23 maret dan 21 hingga 23 september setiap tahunnya, tepat pukul 12 siang, biasanya disebut perayaan titik kulminasi atau hari tanpa bayangan.
Pada saat itu semua benda yang berada disekitar Tugu Khatulistiwa tidak memiliki bayangan dan puncak peristiwa titik kulminasi matahari ini dapat disaksikan oleh semua orang yang berada di tugu ini hanya selama sekitar lima hingga sepuluh menit saja.
Sementara itu, para pengunjung yang berasal dari Kalbar maupun dari luar Kalbar cukup antusias untuk melihat Tugu Khatulistiwa ini, selain memiliki keistimewaan sebagai kawasan titik nol derajat di dunia, tugu ini juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Menurut Walikota Pontianak, Sutarmidji, Pemerintah Kota Pontianak telah mendaftarkan Tugu Khatulistiwa ini sebagai benda Cagar Budaya ke UNESCO. “Hal ini dilakukan karena Tugu Khatulistiwa Pontianak terletak di tengah kota dan desain tugu yang mempunyai ciri khas tersendiri, selain itu untuk menjaga dan mengembangkan aset dan budaya Kota Pontianak,” terangnya.
(Mohammad/Mohammad)