Dispepsia merupakan penyakit dengan kumpulan gejala pada saluran pencernaan yang meliputi nyeri perut bagian atas, peningkatan asam lambung, mual dan muntah yang terjadi selama 4 minggu atau lebih. Kejadian dispepsia diperkirakan berkisar antara 5-40% di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menunjukkan dispepsia sebagai salah satu penyakit yang termasuk dalam 5 besar penyakit yang sering dilaporkan pada pasien rawat jalan maupun rawat inap.
Desa Sungai Kakap yang terletak di Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu desa yang memiliki tingkat kejadian penyakit Dispepsia cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Sungai Kakap, diketahui jumlah kasus Dispepsia merupakan penyakit dengan angka kejadian terbesar nomor tiga dengan jumlah kasus sebanyak 1.636 kasus di tahun 2023. Tingginya angka kejadian ini menjadikan dispepsia sebagai salah satu penyakit yang oleh masyarakat paling sering disembuhkan melalui praktik swamedikasi
Swamedikasi sendiri merupakan suatu tindakan memilih dan menggunakan obat untuk mengobati gangguan kesehatan atau gejala sakit yang didiagnosis secara mandiri tanpa meminta pendapat dari dokter. Swamedikasi dapat berperan penting dalam menurunkan kebutuhan akan layanan kesehatan khususnya untuk menangani kasus minor ailments pada negara dengan keterbatasan jumlah tenaga dan fasilitas kesehatan, seperti Indonesia. Namun, perilaku swamedikasi yang tidak tepat dan bertanggung jawab, seperti penggunaan dosis obat melebihi anjuran, penggunaan obat berkepanjangan, cara minum obat yang salah, dan permintaan obat yang seharusnya dibeli dengan resep dokter, masih sering ditemukan di masyarakat sehingga menimbulkan dampak negatif seperti reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Melihat keadaan ini, tim dosen farmasi UNTAN yang diketuai oleh Dr. apt. Hariyanto, IH., M.Si bersama anggotanya, yaitu apt. Hadi Kurniawan, M.Sc.; apt. Fajar Nugraha, M.Sc.; dan apt. Robby Najini, M.Farm.; serta dibantu oleh mahasiswa farmasi UNTAN, yaitu Restiyani Rahayu, Bayu Rizki Ramadhan, Nurul Hanifah dan Reski Agus Varera, melakukan suatu program pengabdian kepada masyarakat (PKM) untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang Swamedikasi Dispepsia (SWADAIA) melalui metode edukasi yang inovatif dan tidak monoton, yaitu Melalui Studi Kasus dan Video Animasi
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2024 ini berlangsung di Aula Kantor Desa Sungai Kakap yang dihadiri oleh Kepala Desa beserta Perangkat Desa lainnya, Anggota BPD, Bhabinkamtibmas, Para Kepala Dusun, dan Kader PKK yang berada dalam wilayah Desa Sungai Kakap. Dalam kegiatan PKM ini, Dr. apt. Hariyanto IH, M.Si, Apt. bersama tim menyampaikan edukasi SWADAIA tentang mitos dan fakta terkait penyakit Dispepsia, membahas kasus-kasus yang sering ditemukan terkait kesalahan cara minum obat dispepsia dan solusi atas kasus yang diberikan. Selain itu, peserta juga diberikan waktu selama 3 menit untuk menyaksikan video animasi yang representatif tentang cara minum obat yang benar.
Selama kegiatan PKM berlangsung, para peserta tampak sangat tertarik dengan materi kasus dan video yang ditampilkan. “Peserta hari ini sangat antusias dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Kami menyambut baik dan berterima kasih kepada tim Dosen dan Mahasiswa Farmasi UNTAN yang telah hadir langsung membagikan pengetahuan kepada kami warga masyarakat Desa Sungai Kakap. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan di masa yang akan datang, mengingat jenis penyakit yang bermunculan dari tahun ke tahun semakin banyak”, ujar Syarif Said, Kepala Desa Sungai Kakap.