Kesalahan Sepele, Risiko Fatal: Program “CERMAT” Prodi Farmasi Universitas Tanjungpura Bekali Pelajar SMA 13 Pontianak Cara Tepat Gunakan Obat Khusus
Di hampir setiap rumah, tersimpan satu atau dua botol obat tetes mata, mungkin untuk mengatasi iritasi akibat debu atau infeksi ringan. Seorang ibu dengan sabar mencoba meneteskan obat ke mata anaknya yang meronta, atau seorang lansia dengan telaten. Pemandangan ini begitu lazim, begitu biasa, hingga sebuah pertanyaan krusial sering kali terlewatkan: “Apakah cara yang kita gunakan sudah benar?”
Bagi sebagian besar masyarakat, obat-obatan seperti tetes mata, salep mata, tetes hidung, dan tetes telinga dianggap sebagai solusi sederhana untuk keluhan ringan. Praktik swamedikasi atau pengobatan mandiri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kesehatan di Indonesia, menawarkan kemudahan akses tanpa harus selalu berkonsultasi dengan dokter. Namun, di balik kemudahan ini, tersembunyi sebuah risiko signifikan yang sering kali diabaikan. Efektivitas dari apa yang disebut sebagai “obat khusus” ini tidak hanya bergantung pada kandungannya, tetapi secara kritis bergantung pada ketepatan teknik aplikasi oleh pengguna.
Berbeda dengan tablet atau sirup yang cara penggunaannya relatif mudah, kesalahan dalam prosedur penggunaan obat khusus ini dapat secara langsung menggagalkan tujuan terapi, menyebabkan pemborosan biaya, dan bahkan memicu masalah kesehatan baru yang lebih serius. Kesalahan-kesalahan yang tampak sepele ternyata terjadi secara masif dan berulang, mengubah niat untuk menyembuhkan menjadi potensi bahaya.
Salah satu kesalahan paling umum dan berbahaya adalah kontaminasi. Banyak pengguna secara tidak sadar menyentuhkan ujung botol penetes ke permukaan mata, kelopak mata, atau jari tangan. Tindakan ini ibarat membuka pintu bagi bakteri dari permukaan non-steril untuk masuk dan berkembang biak di dalam larutan obat. Akibatnya, setiap kali obat yang telah terkontaminasi itu digunakan kembali, ia justru dapat menyebabkan infeksi sekunder yang lebih parah dari kondisi awal.
Akar dari semua permasalahan ini adalah kesenjangan edukasi yang masif. Banyak pasien melaporkan tidak pernah menerima instruksi yang memadai, atau jika ada, instruksi tersebut hanya bersifat verbal tanpa demonstrasi fisik yang esensial untuk penguasaan keterampilan. Fenomena ini menyoroti sebuah paradoks dalam sistem kesehatan masyarakat. Di satu sisi, produk obat bebas (over-the-counter) ini sangat mudah diakses di apotek, toko obat, bahkan supermarket. Namun di sisi lain, kompetensi masyarakat untuk menggunakannya secara benar dan aman masih sangat rendah. Ketersediaan yang tinggi tidak diimbangi dengan literasi kesehatan yang memadai. Ini membuktikan bahwa masalahnya bukanlah pada ketersediaan produk, melainkan pada kompetensi pengguna. Fokus intervensi seharusnya bukan pada produk, melainkan pada pemberdayaan pengguna melalui edukasi yang terstruktur, mudah diakses, dan efektif.
Menyadari adanya celah literasi kesehatan yang berisiko ini di tengah masyarakat, tim dosen dari Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura (UNTAN) mengambil langkah proaktif. Mereka merancang sebuah program pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan tersebut secara langsung dan terukur. Inisiatif ini diberi nama “Peningkatan Literasi Kesehatan Melalui Edukasi ‘CERMAT’: Cerdas dan Terampil Menggunakan Obat Khusus”. Akronim “CERMAT” dipilih karena mudah diingat dan secara tepat merangkum tujuan program: membentuk individu yang cerdas dalam memahami dan terampil dalam mempraktikkan penggunaan obat.
Di balik program yang dirancang dengan cermat ini, berdiri sebuah tim dosen yang kompeten di bidangnya. Program ini diketuai oleh Desy Siska Anastasia, M.Si., Apt., bersama dengan dua anggota tim, Rise Desnita, M.Si., Apt., dan Dr. Isnindar, M.Sc., Apt. Dosen tersebut berasal dari bidang ilmu Teknologi Farmasi dan Biologi Farmasi, yang keahliannya sangat relevan dengan formulasi dan penggunaan berbagai bentuk sediaan obat.
Lokasi yang dipilih untuk intervensi ini adalah SMA Negeri 13 Pontianak, yang beralamat di Jalan Alianyang, Kelurahan Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota. Pada hari Selasa, 7 Oktober 2025, sebanyak 36 siswa dari kelas X berkumpul untuk mengikuti kegiatan yang akan membekali mereka dengan keterampilan kesehatan esensial. Pemilihan remaja sebagai target intervensi bukanlah tanpa alasan karena ini adalah sebuah langkah strategis yang didasari oleh pemahaman mendalam tentang pembentukan perilaku kesehatan jangka panjang.
Sebelum memulai sesi edukasi, tim pelaksana melakukan langkah diagnostik yang krusial. Mereka tidak hanya berlandaskan pada asumsi umum bahwa para siswa belum memahami topik ini. Sebaliknya, mereka menerapkan pendekatan yang metodis dan berbasis data. Setiap siswa diminta untuk mengerjakan sebuah pre-test, yaitu serangkaian kuesioner yang dirancang untuk mengukur tingkat pemahaman dasar mereka mengenai cara penggunaan obat khusus.
Hasil dari pre-test ini memberikan gambaran yang jelas dan agak mengkhawatirkan. Nilai rata-rata pemahaman siswa ternyata hanya mencapai 54,09%. Angka ini bukan sekadar statistik tetapi sebuah sinyal peringatan yang kuat. Skor ini mengonfirmasi bahwa, rata-rata, para siswa melakukan kesalahan pada hampir setengah dari hal-hal penting yang ditanyakan. Pemahaman mereka yang terbatas mengenai cara memakai tetes mata, salep mata, tetes hidung, dan tetes telinga adalah cerminan dari risiko kesehatan yang bisa terjadi di kehidupan nyata. Pendekatan ilmiah ini menunjukkan bahwa program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim dosen Prodi Farmasi Universitas Tanjungpura bukanlah sekadar kegiatan seremonial, melainkan sebuah intervensi yang dirancang secara strategis dan didasarkan pada bukti nyata di lapangan.
Keberhasilan program “CERMAT” dalam mentransformasi pemahaman siswa tidak terjadi secara kebetulan. Di balik lonjakan pengetahuan yang signifikan, terdapat sebuah metodologi pembelajaran yang dirancang dengan sangat teliti, menggabungkan berbagai pendekatan untuk memastikan informasi tidak hanya diterima, tetapi juga dipahami, diingat, dan dapat dipraktikkan. Tim dosen dari Universitas Tanjungpura menyadari bahwa untuk topik yang bersifat keterampilan praktis seperti ini, ceramah satu arah tidak akan pernah cukup. Oleh karena itu, mereka merancang sebuah pengalaman belajar yang dinamis terdiri dari tiga pilar utama.
Pilar 1: Penyuluhan Interaktif (Memahami “Mengapa” dan “Apa”)
Sesi pertama berfungsi sebagai fondasi pengetahuan. Para dosen farmasi memaparkan materi utama secara komprehensif namun dengan bahasa yang mudah dicerna oleh para siswa SMA.Sesi ini lebih dari sekadar transfer informasi tetapi dirancang untuk menjadi interaktif. Para pemateri menjelaskan pentingnya penggunaan obat yang benar, memaparkan risiko-risiko yang telah dibahas sebelumnya, dan yang terpenting, memberikan alasan ilmiah di balik setiap langkah prosedur yang dianjurkan. Dengan memahami “mengapa” mereka harus melakukan sesuatu misalnya, mengapa ujung botol tidak boleh menyentuh mata atau mengapa sudut mata perlu ditekan para siswa tidak hanya menghafal instruksi, tetapi juga membangun pemahaman konseptual yang lebih dalam.
Pilar 2: Demonstrasi Langsung (Mempelajari “Bagaimana”)
Ini adalah elemen yang menjadi pembeda utama dan kunci keberhasilan program “CERMAT”. Tim pelaksana membawa konsep dari abstrak menjadi konkret melalui peragaan langsung. Menggunakan alat peraga seperti model wajah dan cara penggunaan, para dosen dan mahasiswa fasilitator mendemonstrasikan secara fisik teknik-teknik yang benar untuk setiap jenis sediaan. Penjelasan yang tadinya hanya berupa kalimat, seperti “tarik perlahan kelopak mata bagian bawah untuk membentuk sebuah kantung,” kini menjadi tindakan nyata yang bisa dilihat, ditiru, dan dipahami secara visual.
Pilar 3: Sesi Tanya Jawab dan Simulasi (Memastikan Pemahaman)
Pilar terakhir dirancang untuk mengunci dan memperkuat pembelajaran. Sesi tanya jawab yang aktif memberi kesempatan bagi siswa untuk mengklarifikasi setiap keraguan yang mungkin masih ada. Pertanyaan-pertanyaan mereka, sekecil apa pun, disambut dan dijawab dengan jelas, memastikan tidak ada miskonsepsi yang tersisa.

Setelah melalui serangkaian sesi edukasi yang interaktif dan praktis, dilanjutkan dengan mengukur dampak nyata dari program “CERMAT”. Di akhir acara, para siswa kembali diberikan kuesioner yang sama dengan yang mereka kerjakan di awal (post-test). Hasilnya tidak hanya positif, tetapi juga menunjukkan peningkatan pemahaman mereka. Nilai rata-rata siswa yang pada pre-test hanya berada di angka 54,09%, meroket tajam menjadi 82,86% pada post-test. Ini menandakan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman sebesar 28,77%. Pencapaian ini bukan hanya sebuah perbaikan, melainkan sebuah transformasi. Para siswa beralih dari yang tadinya berada di level pemahaman yang kurang memadai dan sangat rentan melakukan kesalahan, menjadi individu yang menguasai materi dan keterampilan penting dengan baik. Pencapaian nilai rata-rata di atas 80% menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kini memiliki bekal yang cukup untuk menggunakan obat-obatan khusus secara aman dan efektif.
Dampak dari program “CERMAT” tidak berhenti pada angka 82,86% di lembar post-test. Nilai sesungguhnya dari inisiatif ini terletak pada potensi jangka panjang yang ditanamkan pada setiap siswa yang berpartisipasi. Pemilihan pelajar SMA sebagai sasaran utama program merupakan sebuah keputusan strategis yang didasari oleh pemahaman bahwa masa remaja adalah periode krusial dalam pembentukan perilaku dan kebiasaan kesehatan yang akan dibawa hingga dewasa. Memberikan edukasi yang benar pada tahap formatif ini adalah bentuk intervensi kesehatan hulu atau preventif yang paling efektif.
Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka peroleh, ke-36 siswa ini tidak lagi hanya menjadi penerima informasi. Mereka telah diberdayakan untuk menjadi “duta kesehatan” atau “penyambung lidah” di lingkungan terdekat mereka, terutama di dalam keluarga dan lingkaran pertemanan. Konsep “efek pengganda” (multiplier effect) adalah inti dari strategi ini. Pengetahuan yang ditanamkan pada satu individu dirancang untuk menyebar dan berlipat ganda, menciptakan gelombang positif bagi kesehatan komunitas yang lebih luas.
Program “CERMAT” lebih dari sekadar sebuah acara yang sukses tetapi merupakan manifestasi nyata dari komitmen Universitas Tanjungpura terhadap salah satu pilar utama Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian kepada Masyarakat. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana keahlian akademis yang ada di dalam kampus dapat diterjemahkan menjadi solusi praktis yang memberikan dampak langsung dan positif bagi masyarakat luas. Program ini juga selaras dengan visi dan misi Fakultas Kedokteran serta Program Studi Farmasi UNTAN untuk menghasilkan lulusan yang inovatif dan menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat.


