Pontianak, 28 September 2024 – Kegiatan edukasi kesehatan dengan tema “Swamedikasi ISPA” digelar untuk ibu-ibu Majelis Ta’lim Masjid Al Muhajirin, Sungai Raya Dalam. Acara berlangsung dari pukul 07:30 hingga 11:30 dan dihadiri puluhan peserta. Fokus kegiatan adalah meningkatkan pemahaman masyarakat terkait Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), sekaligus membahas berbagai mitos dan fakta seputar penyakit ini, salah satunya yang menyebut bahwa ISPA hanya dialami oleh orang dewasa. Dr. Hariyanto IH, M.Si, Apt, selaku pemateri dari bagian farmasi FK UNTAN, menekankan pentingnya pengetahuan dan pengobatan mandiri (swamedikasi) tentang penyakit ini, terutama bagi ibu-ibu yang menjadi garda depan dalam menjaga kesehatan keluarga.
Kegiatan diawali dengan sesi pre-test, di mana para peserta mengerjakan sejumlah pertanyaan untuk mengukur pemahaman awal mereka mengenai ISPA dan pengobatannya. Pre-test ini menjadi indikator penting untuk menilai sejauh mana informasi yang sudah dimiliki oleh para ibu sebelum diberikan materi edukasi. Hasil pre-test ini nantinya akan dibandingkan dengan post-test yang diberikan di akhir kegiatan guna mengetahui peningkatan pemahaman peserta setelah mengikuti sesi edukasi.
Sesi utama pemaparan materi terkait ISPA dimulai dengan definisi dan penyebab penyakit ini. Hariyanto menjelaskan bahwa ISPA adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan bagian atas maupun bawah, yang bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Contoh-contoh penyebab ISPA yang umum adalah virus influenza, rhinovirus, hingga bakteri seperti streptococcus. Ditekankan pula bahwa penyakit ini sangat mudah menular, terutama melalui droplet saat batuk atau bersin, sehingga penting bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Materi juga berfokus pada gejala-gejala ISPA yang sering muncul, seperti batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan sesak napas. Pemateri juga menguraikan perbedaan gejala ISPA pada anak-anak dan orang dewasa. Dalam konteks inilah klarifikasi mitos bahwa ISPA hanya menyerang orang dewasa dibahas secara mendetail. ISPA dapat menyerang siapa saja, termasuk bayi, anak-anak, hingga lansia. Anak-anak bahkan memiliki risiko lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.
Poin penting lainnya adalah penanganan awal ISPA melalui swamedikasi yang tepat. Pemateri menjelaskan bahwa dalam kondisi ringan hingga sedang, ISPA dapat diatasi di rumah dengan banyak istirahat, konsumsi cairan yang cukup, menjaga kelembapan udara, serta penggunaan obat-obatan bebas seperti dekongestan atau parasetamol untuk meredakan gejala. Namun, jika gejala memburuk atau berlangsung lebih dari 3 hari, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis. Pemahaman ini penting agar masyarakat tidak sembarangan menggunakan antibiotik tanpa resep dokter, karena sebagian besar kasus ISPA disebabkan oleh virus, bukan bakteri.
Ibu-ibu Majelis Ta’lim tampak antusias mengajukan berbagai pertanyaan, seperti cara membedakan gejala ISPA dengan flu biasa, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan di rumah. Diskusi berjalan dinamis, di mana pemateri memberikan jawaban komprehensif mengenai cara melindungi anak-anak dari risiko tertular ISPA, terutama di lingkungan sekolah dan tempat bermain. Kegiatan ditutup dengan pengisian post-test dan kuesioner oleh peserta. Post-test bertujuan untuk mengukur pemahaman yang telah diperoleh setelah mengikuti kegiatan, sementara kuesioner digunakan untuk menilai kepuasan peserta terhadap pelaksanaan acara. Dengan berakhirnya pengisian kuesioner, kegiatan edukasi ini resmi ditutup pada pukul 11:30. Para peserta mengaku sangat terbantu dengan informasi yang disampaikan dan berharap kegiatan serupa bisa dilakukan lebih sering untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan di kalangan masyarakat.