Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Tingginya angka kematian pada korban kecelakaan lalu lintas ini salah satunya disebabkan oleh keterlambatan penanganan korban akibat keterbatasan sistem deteksi kecelakaan yang ada. Kasus kecelakaan lalu lintas didominasi oleh kendaraan roda dua. Berdasarkan data kecelakaan menurut jenis kendaraan, keterlibatan kasus kecelakaan lalu lintas yang paling tinggi adalah sepeda motor dengan persentase 73% dengan urutan kedua adalah angkutan barang dengan persentase.
Kasus kecelakaan yang tinggi pada sepeda motor ini tentu sangat berbahaya dan menyumbang banyak kasus kematian lalu lintas dengan terbatasnya fitur pengaman bagi pengendara apabila dibandingkan transportasi lainnya. Oleh karena itu perlu penanganan serius untuk dapat menekan angka kecelakaan tersebut dengan merancang sistem pendeteksi kecelakaan yang real time pada sepeda motor. Selain itu sistem pendeteksi juga harus dapat memberikan informasi lokasi dan juga keadaan korban dari jarak jauh untuk mempermudah penanganan korban dan menekan angka kematian pada kasus kecelakaan sepeda motor.
Inilah yang mendasari 4 orang mahasiswa Universitas Tanjungpura yang berasal dari prodi berbeda, yaitu Rafidal Muhammad (Teknik Elektro, FT), Mario Jonatan (Teknik Elektro, FT), Ayumi Cindy Capella (Rekayasa Sistem Komputer, FMIPA) dan Fajar Kurnia (Teknik Mesin, FT) untuk membuat sistem berupa alat untuk mengatasi hal tersebut. Ide kreatif dan inovatif ini kemudian mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia berupa hibah dalam bentuk kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) Tahun 2024.
(Alat Pendeteksi Detak Jantung)
(Alat Pendeteksi Kecelakaan)
Alat ini adalah terdiri dari dua buah alat yang tergabung dalam satu buah sistem terpadu yaitu (1) alat pendeteksi kecelakaan yang diletakkan pada kendaraan; dan (2) sarung tangan pendeteksi detak jantung yang digunakan oleh pengendara. Sistem alat ini difungsikan untuk dapat mendeteksi kecelakaan dan memberikan peringatan kecelakaan beserta informasi denyut jantung korban kepada orang lain menggunakan aplikasi WhatsApp.
Rafidal selaku ketua tim pada kesempatan tersebut menyampaikan, alat pendeteksi kecelakaan adalah berupa kotak hitam berukuran lebar 60 mm, panjang 110 mm, dan tinggi 40 mm. Alat ini adalah alat untuk mendeteksi kecelakaan. Dibuat dalam bentuk kotak dengan tempat kabel daya sebagai sumber tegangan masukan. Alat ini dilengkapi dengan sebuah kerangka sebagai penopang saat alat dipasangkan pada motor dan dilengkapi pula dengan teknologi MPU6050 yang memanfaatkan fitur 3-axis accelerometer dan 3-axis gyroscope yang berfungsi sebagai sensor pendeteksi kecepatan dan kemiringan. Pada alat ini prosesor akan membaca nilai dari modul berupa informasi percepatan
dan kemiringan alat untuk kemudian diproses pada alat untuk mengidentifikasi apakah sedang terjadi kecelakaan atau tidak. Hal ini dapat didasarkan bahwa motor yang sedang mengalami kecelakaan akan berhenti secara tiba-tiba dan kemiringannya akan jauh mendekati kemiringan normal akibat terjatuh. Jika alat mendeteksi bahwa kendaraan sedang terjadi kecelakaan, buzzer pada alat akan berbunyi dan akan mengirimkan peringatan kecelakaan kepada orang lain secara jarak jauh menggunakan pesan chatbot WhatsApp. Alat pendeteksi kecelakaan juga dilengkapi dengan sensor GPS NEO6MV2 yang dapat mendeteksi lokasi titik koordinat dari kendaraan dan mengirimnya bersamaan dengan peringatan kecelakaan. Sumber listrik alat ini menggunakan aki dengan tegangan 12V yang dikendalikan menggunakan kunci kontak.
Sedangkan alat untuk pendeteksi detak jantung merupakan sebuah sarung tangan yang dilengkapi dengan sensor detak jantung MAX30102 yang dapat mendeteksi denyut nadi berdasarkan pembacaan cahaya inframerah yang dipancarkan ke kulit dan terpantul setiap jantung berdetak. Alat ini akan mengirimkan informasi detak jantung melalui WhatsApp apabila terdapat pembacaan detak jantung yang tidak normal. Sumber tegangan alat ini adalah 2 sel baterai LiPo yang disusun secara seri dengan tegangan 8V.
Kedua buah alat tergabung dalam sistem terpadu pendeteksi kecelakaan dan sarung tangan cerdas pendeteksi detak jantung. Data dari kedua alat ini masing-masing diproses menggunakan mikrokontroller ESP32.
Dosen Fakultas Teknik, Ferry Hadary, sebagai dosen pembimbing dari tim ini juga menambahkan bahwa alat ini walaupun masih berupa prototipe telah diujicoba puluhan kali dan hasilnya cukup memuaskan. Ferry yang juga sebagai Kepala Laboratorium Kendali Digital dan Komputasi (Digital Control and Computation Laboratory), Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura ikut senang dan bangga atas keberhasilan alat tersebut. Ia juga memuji kerja keras dari empat mahasiswa bimbingannya tersebut yang hampir setiap hari menyelesaikan alat di laboratorium yang dipimpinnya.
Karena keberhasilan dari alat pendeteksi kecelakaan dan detak jantung pengendara sepeda motor ini, tim ini pula mendapat pengakuan ilmiah berupa sertifikat Hak Cipta dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Sertifikat Hak Cipta nomor EC00202467203. Menutup wawancara, Rafidal pula menyebutkan bahwa alat ini selanjutnya akan diajukan patennya berupa Paten Sederhana melalui Pusat Hak Kekayaan Intelektual Universitas Tanjungpura serta pengajuan berupa jurnal nasional terakreditasi Sinta 3.